Perilaku Konsumen Dalam Memilih Produk
Antara :
Camera Pocket VS Camera DSLR”
Disusun Oleh :
Albina Dini Astuty (10211541)
Evi Wijayanti (12211538)
Puti Rahmadhani Ambun Suri (15211618)
Sri Adelina Purba (18211260)
Sri Rizky Rahayu (18211857)
3EA07
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
/ 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perilaku
Konsumen Dalam Memilih Produk Antara: Camera
Pocket VS Camera DSLR” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, serta
keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya yang berada di alam raya ini.
Makalah ini berisikan tentang perilaku-perilaku konsumen yang terjadi
di dalam masyarakat terhadap segmentasi pasar yang dibuat oleh produsen beserta
beberapa penjabaran contoh kasus yang kerap dialami oleh masyarakat luas.
Dengan demikian kiranya kami berharap agar makalah yang sederhana
ini dapat ikut ambil bagian dalam menumbuh kembangkan aspek informasi dan
pengetahuan kita semua. Tentunya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca senantiasa
kami harapakan untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini baik secara moril maupun
materiil. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Amin Ya
Robbalalamin
Depok,
02 Oktober 2013
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Faktor-faktor
demografis merupakan dasar-dasar yang paling sering digunakan bagi pemangsaan
pasar, pertama karena mereka mudah diukur dan kedua, karena mereka dipandang
sebagai teristimewa penting dalam membeda-bedakan pasar. Faktor-faktor demografis meliputi : wilayah,
usia, jenis kelamin, pendidikan, status, pekerjaan, penghasilan, agama, dan ras. Masing-masing dapat
bermanfaat dalam pemangsaan pasar bagi produk-produk tertentu.
Wilayah
adalah sebuah daerah yang dikuasai atau
menjadi territorial
dari sebuah kedaulatan.
Pemangsaan pasar atas dasar Wilayah bagi seorang produsen adalah untuk
memasarkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Pemangsaan pasar atas dasar Usia calon-calon pembeli adalah penting
bagi banyak produk, terutama yang dirancang tersendiri bagi pangsa-pangsa pasar
tertentu. Sebagai contohnya, beberapa merk butir-butiran untuk hidangan pagi dimaksudkan untuk memenuhi
selera anak-anak, sedangkan merk-merk lain dimaksudkan agar menarik bagi
konsumen-konsumen dalam cakupan usia yang lebih luas. Pemangsaan pasar atas
dasar Jenis kelamin adalah untuk
memasarkan produknya, misalnya pakaian, kosmetik, dan majalah. Banyak
perusahaan kosmetika, yang mengembangkan produk parfum yag hanya ditujukan
kepada para wanita atau kaum pria saja. Pemangsaan pasar atas dasar pendidikan
adalah untuk mengarahkan suatu kelompok kunsumen dengan tingkat pendidikan umum
yang khusus. Misalnya, “Putih abu-abu” dan majalah film ditujukan kepada para
lulusan SMP dan diatasnya. Pemangsaan pasar atas dasar Status adalah pasar dapat disegmetasi menjadi kelompok bukan
pengguna, mantan pengguna, pengguna potensial, pengguna pertama kali, dan
pengguna regular dari suatu produk, pemimpin pemasaran akan memfokuskan pada
cara menarik pengguna saat ini agar meninggalkan pemimpin pemasaran. Pemangsaan
pasar atas dasar Pekerjaan adalah
penting bagi produk-produk yang dikonsumsi dalam cara-cara yang bertalian
dengan pekerjaan. Pembelian alat-alat atau perlengkapan untuk kerja dan baju
seragam atau pakaian khusus merupakan kasus-kasus yang diperbincangkan.
Pemangsaan pasar atas dasar Penghasilan adalah
suatu dasar penting bagi pemangsaan pasar, tetapi penggunaanya telah dibatasi
dengan dua alasan : ia sulit diukur, dan sering kali berkolerasi amat tinggi
dengan penghasilan, yang mudah diukur. Agama
adalah suatu dasar pemangsaan penting didaerah-daerah terbatas tertentu,
kebutuhan-kebutuhan akan makanan khusus, dan minuman-minuman larangan,
berpengaruh atas penstrukturan suatu pasar. Beberapa tahun lalu timbul
perhatian besar terhadap potensi Ras (terutama yang berkulit hitam)
sebagai suatu dasar bagi pemangsaan pasar tetapi penelitian telah menunjukan
bahwa kecuali karena beberapa perbedaan fisik nyata yang dicerminkan dalam
keaneka-ragaman produk yang ditemukan dalam koemetik dan produk-produk
pemeliharaan rambut, tidak hanya pangsa yang ditentukan bedasarkan ras. Banyak
perbedaan lebih baik diterangkan berdasarkan penghasilan, meskipun beberapa
pilihan makanan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kami dapat
mengidentifikasikan masalah yakni sebagai berikut :
-
Bagaimana cara memahami perilaku konsumen tentang pandangannya
akan segmentai pasar akan produk yang ada?
- Pendekatan-pendekatan
apa saja yang sebaiknya dilakukan agar kita dapat memahami seluk beluk perilaku
konsumen?
1.3 Maksud dan Tujuan Penulis
Maksud dan tujuan dari penulisan kami ini ialah untuk mengetahui
kecenderungan perilaku konsumen dalam menyikapi suatu produk dan juga untuk
mengetahui cara dan metode terbaik dalam pemahaman akan perilaku konsumen itu
sendiri sehingga para pebisnis dan juga wirausahawan dapat menempatkan strategi
terbaik dalam segmentasi pemasaran produk mereka agar diminati oleh konsumen.
BAB II
PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen merupakan suatu proses dan
aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian,
penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan
keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang
mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga
jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan
mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard,
& Engel, 2001). perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai
interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana
manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dengan kata lain perilaku
konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang
dilakukan saat proses konsumsi.
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan
dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan
tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan
barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau
organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam
mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu.
Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan
menjadi sepuluh, yaitu :
1.
Berpikir jangka pendek (short
term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya
berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah
satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2.
Tidak terencana (dominated
by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying,
yaitu membeli produk yang kelihatan menarik (tanpa perencanaan sebelumnnya).
3.
Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka
berkumpul (sosialisasi). Salah satu
indicator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter
sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4.
Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen
Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna
biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5.
Berorientasi pada konteks (context, not content oriented).
Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya.
Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik
ketimbang hal itu sendiri.
6.
Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen
Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri,
karena bisa dibilang kualitasnya juga lebih bagus
dibanding produk di Indonesia.
7.
Beragama (religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama.
Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran
agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh
seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang
mengusung simbol-simbol agama.
8.
Gengsi (putting
prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi.
Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya
urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita
pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D,ada tiga budaya yang
menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong
orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan
kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik
kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengan materi dan jabatan sehingga mendorong
untuk saling pamer.
9.
Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan
menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya
ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku
yang lain.
10. Kurang peduli lingkungan (low
consciousness towards environment). Salah satu karakter konsumen Indonesia
yang unik adalah kurangnya kepedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi
jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan
semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan begitu pula dengan
kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi
pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih
mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.
PENDEKATAN PERILAKU
KONSUMEN
Teori tingkah laku
konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
Ø Pendekatan nilai guna (Utility) Kard
Ø Pendekatan nilai guna Ordinal
Pendekatan nilai guna
(Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna
(Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap
manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara
kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan
kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang
yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
·
Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat
diukur dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata uang.
·
Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah
kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Kepuasan marginal
(marginal utility). Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang
yang dikonsumsi. Hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of
Diminishing Marginal Utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun
dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna
ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang
diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak
dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan
yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal
tidak memiliki kelebihan.
Kelemahan pendekatan
ordinal
Kepuasan konsumen dari
mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya
pengukuran semacam ini sulit dilakukan.
Persamaan kardinal dan
ordinal
Persamaan cardinal dan
ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi
barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu
pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).
Perbedaan kardinal dan
ordinal
Nilai guna (Utility)
Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam
bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan
dalam bilangan / angka.
Analisis cardinal
mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utility (pendekatan marginal).
Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva
kepuasan sama.
CONTOH KASUS
Sebagai contoh kasus, dalam diskusi kali ini kelompok kami akan
mengangkat tema tentang Camera Pocket vs Camera DSLR sebagai acuan (contoh
nyata) konsumenisme di masyarakat.
Alasan mengapa kami mengangkat tema ini adalah karena melihat dari
sisi melonjaknya permintaan terhadap sebuah alat pengabadian kejadian secara
nyata dan langsung yang dapat dilihat oleh panca indera dan dapat dijadikan
kenangan dimasa yang akan datang yang dimana, alat yang bersangkutan dengan
persaingan pemasaran. Tidak dipungkiri memang kedua produk tersebut adalah
produk yang sedang booming di masyarakat terutama pada kalangan remaja. Terdapat beberapa
perbandingan yang signifikan, mungkin baik di sisi harga maupun sisi kelebihan
alat terebut untuk membantu proses kegiatan pengabadian kejadian yang semakin
baik dengan orang di seluruh penjuru dunia.
Produk Camera Pocket
kamera
digital bukan sebuah perkara yang mudah, sering kali kita hanya tahu merek dan mendengar dari teman
ataupun saudara akan sebuah reputasi suatu kamera digital. Seringkali apa yang
kita inginkan tidak sama dengan kenyataan di lapangan, ketika kita memutuskan
untuk membeli kamera atau lensa. Ada dua hal yang menyebabkan anda bingung
dalam menentukan pilihan; pertama, Sebabkan
ketidak tahuan kita akan sederet kode atau istilah-istilah yang tertera pada
brosur ataupun kotak pembungkus. Kedua, Bujukan
ala marketing bahwa A lebih bagus dari B, dan seterusnya.
Untuk mengurangi resiko “salah
memilih”, Postingan
ini mencoba menjelaskan tentang fitur dan kode/inisial yang biasa di sematkan dalam
suatu brosur, iklan ataupun yang tertera pada box pada kamera saku digital. Penjelasan keterangan-keterangan yang ada, diambil hanya berdasarkan
rata-rata dan
tidak mungkin satu-satu di jelaskan, Disebabkan
ada ratusan kamera saku dari merek yang sama hingga yang berbeda yang beredar
dan masuk ke Indonesia.
Image Sensor
Camera Effective Pixels
|
Approx 16.1 Million Pixels
|
4.3 (W) -
21.5 (T)mm
(35mm film equivalent : 24 (W) - 120 (T)mm)
5 x
3cm
(1.2in.) - infinity (W), 90cm (3.0ft.) - infinity (T)
Macro: 3 - 50cm (1.2in. - 1.6ft.) (W)
Lens - Shift Type
|
Lens
|
Focal Length :
Zoom Magnification
Focusing Range
Image
Stabilizer (IS) System:
|
Imaging
Processor
|
DIGIC 5
|
LCD Monitor
|
Type :
Display Size :
Effective Pixels :
Aspect Ratio :
Features :
|
TFT colour
(with wide viewing angle)
3.2 Type
Approx. 461,000 dots
16 : 9
Touch Panel, brightness adjustment (5 levels)
|
Ø Camera effective pixels, ini adalah keterangan berapa pixel kamera tersebut, biasanya
dengan kalimat Approx…
Contoh: Approx 16.1 Million
pixels, berarti kamera tersebut 16 Mega Pixel
Ø
Image
sensor, jika ada ukurannya biasanya berjenis
1/1.7”, 1/2.5”, 1/2.3”, lihat gambar di bawah ini tentang ukuran sensor-sensor
pada kamera digital yang diambil dari situs Wikipedia
Ø
Imaging
Processor, Jenis sensor pengolah image, sesuai
masing-masing fendor, Canon biasanya DIGIC, Olympus adalah TruePic, Sony adalah
Exmor R dan lain-lain.
Ø
Jenis
Sensor, ada dua jenis
yang di kenal dalam dunia digital, sensor CCD dan sensor CMOS.
CCD merupakan singkatan dari Charged Coupled Device, dan CMOS
kepanjangannya Complementary Metal Oxide Semiconductor. Kedua
jenis sensor ini mempunyai kesamaan yaitu mengubah cahaya menjadi elektrons,
mirip prinsip kerja panel sel matahari, salah satu yang biasanya menjadi marketing
gimmick adalah CMOS lebih bagus dan baru dari CCD. Masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan, bisa di lihat dalam white paper di sini.
Ø
Focal
Length, keterangan tentang panjang fokal
lensa pada kamera saku tersebut, biasanya tertera nX zoom, kemudian diikuti
dengan n mm - n mm, contoh, 5x zoom (optical) 5.0-25.0 mm. Jika
ingin di telusuri dari mana angka 5X zoom, dari angka 25mm(tele) : 5mm(wide)
= 5. Bila masih saja penasaran jika di samakan dengan lensa full frame/lensa
film 35mm berapa panjang fokal kamera yang saya pilih, pertama tentu harus di
cari ukuran sensornya, jika pada keterangan image sensor (keterangan pada
no 2), berjenis sensor 1/1.7 inchi, maka yang harus di cari terlebih dahulu
adalah crop factor untuk jenis sensor ini, caranya lebar full frame/35
mm : lebar 1/1.7 sensor, (lihat Gambar kedua) lebar full frame = 36mm, dan
lebar 1/1.7” = 7.6mm, berarti crop factor-nya adalah 36 : 7,6 = 4.7.
Jika demikian, maka panjang fokal lensa kamera pocket saya di bandingkan dengan
lensa pada full frame adalah, 5×4.7-25×4.7= 24-120mm(pembulatan). Yang
tidak kalah penting di sini abaikan keterangan digital zoom yang menakjubkan
seperti 40x zoom, ini hanya marketing gimmick, karena kualitas gambar
menurun disebabkan zoom hanya pembesaran pada image secara
digital bukan secara optical.
Ø
Aperture, biasanya tertera dengan fn-fn, sampel: f2.8-4.9, kenapa ada
2? Posisi aperture terbesar(angka lebih kecil) biasanya pada posisi wide,
sedangkan pada posisi lensa tele akan mengecil(angka besar).
Ø
Focus
Range, contohnya 20cm – infinity
(W), 85cm-infinity (T), dari keterangan pada sampel, berarti titik focus
terdekat pada posisi wide adalah 20 cm hingga tak terhingga, dan 85 cm
pada posisi zoom pol. Namun jika ada keterangan Macro 1 cm to infinity
(∞), berarti pada SCN Makro mode, jarak lensa terhadap objek bisa
sedekat 1 cm.
Produk Kamera SLR
Kamera refleks
lensa tunggal ( Single-lens reflex (SLR) camera ) adalah kamera yang
menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya
menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan
fotografer untuk dapat melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti
hasil fotonya. Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang
terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film,
karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, Satu untuk melewatkan
berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk melewatkan
berkas cahaya ke Focal Plane.
Kamera SLR
menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal melalui lensa ke
lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan ke atas oleh kaca cermin
pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya
beberapa kali hingga mengenai jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka
jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung mengenai film.
Keunggulan dan kelemahan Camera Pocket dan Camera DSLR
Ukuran & Bobot
Soal ukuran dan berat, kamera saku tentu saja lebih ergonomis. Gampang masuk ke
kantong dan tas tangan.
Tidak Berisik
Proses kerja kamera saku cenderung halus, tidak berisik.
Modus Otomatis
Kamera saku dilengkapi banyak fasilitas pemotretan otomatis yang serba gampang.
Beberapa kini sudah dilengkapi dengan modus manual.
Harga Lebih Terjangkau
Kamera saku digital memang lebih murah dibanding dengan DSLR. Kini sobat bisa
mendapatkan kamera saku model terbaru dengan harga di bawah Rp 1 juta.
Membidik LCD
Proses membidik obyek dikamera ini kebanyakan menggunakan layar LCD yang besar
sehingga lebih nyaman. Layar LCD ini juga digunakan untuk melihat hasil
jepretan.
Kualitas
Karena sensor yang dimiliki kamera jenis ini kecil, maka kualitas gambar hasil
jepretan nya masih kalah dengan hasil jepretan kamera DSLR yang memiliki sensor
lebih besar.
Jangakuan ISO
Kamera saku memiliki rentang nilai ISO yang pendek sehingga untuk kondisi di
suatu lokasi tertentu, seperti di dalam ruangan atau di malam hari kurang bagus
hasil nya.
Kecepatan
Kamera kompak memiliki keterbatasan dalam kecepatan rananya, sehingga untuk memotret
obyek yang bergerak cepat seperti objek balap motor agak sulit dilakukan.
Kontrol Manual Terbatas
Karena itu, pengesetan otomatis jadi andalan. Karenanya, kontrol manual
dibatasi. Ini artinya sobat juga dibatasi untuk berkreasi dengan aneka gaya.
foto. Foto dikamera saku memang diarahkan hanya untuk hasil “ terang dan tajam”
saja.
Kurang Adaptif
Maksudnya adalah sulit mengganti lensa. Bagaimana jika ingin memotret obyek
yang jarak nya jauh ?
Karena tidak bisa mengganti dengan jenis lensa tele,
keinginan tersebut harus ditunda. Kecuali membeli kamera kompak yang memiliki
fasilitas lensa tele.
Siapa yang tidak mengetahui kamera
DSLR yang merupakan tipe kamera pilihan para fotografer profesional. Namun
demikian, kamera ini bukan lagi hanya digunakan oleh fotografer profesional
saja saat ini.
Bagi para pecinta dunia fotografi,
menggunakan kamera digital SLR ini merupakan pilihan yang terbaik. Beberapa
dari mereka memberikan alasan bahwa kamera ini dapat memberikan hasil yang sangat
memuaskan dalam kualitas gambar yang dihasilkan. Selain itu, bagi mereka yang
ingin serius menekuni dunia fotografi namun masih tergolong pemula dapat
sekaligus belajar langsung menggunakan peralatan kamera yang sama digunakan
oleh fotografer profesional ini.
Beberapa kelebihan yang dimiliki
oleh kamera DSLR yang sering dikatakan oleh penggunanya adalah kemudahan dalam
penggunaan dan kelengkapan fitur yang dimilikinya. Selain itu, jika kita adalah
pengguna kamera jenis ini, kita bisa melakukan beberapa peningkatan pada kamera
kita jika memang dirasa sudah kurang memberikan hasil yang maksimal.
Adapun lensa adalah salah satu hal
yang sering ditingkatkan dalam penggunaan kamera digital jenis SLR ini. Lensa
merupakan hal utama yang paling penting jika kita ingin mendapatkan hasil
gambar yang lebih baik. Beberapa orang pengguna kamera digital SLR juga sangat
menyukai kemudahan dalam mengedit hasil pengambilan gambar dengan menggunakan
fitur yang ada di dalam kamera, sehingga hal ini akan menghemat waktu kita
karena kita bisa mengedit gambar tanpa perlu menggunakan komputer.
Namun demikian, pilihan untuk
pengeditan gambar masih dirasakan kurang memadai untuk tingkat profesional.
Tidak lengkap rasanya jika kita
hanya membicarakan kelebihan dari kamera profesional ini karena memang setiap
hal pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kekurangan yang sering
dirasakan oleh pengguna kamera ini adalah harganya yang terbilang relatif mahal
jika pengguna masih tergolong di dalam kelas pemula di dunia fotografi. Untuk aksesoris tambahan pun kita perlu
mengeluarkan uang yang tidak sedikit jumlahnya seperti membeli lensa baru yang
memiliki kualitas lebih baik. Jadi disarankan bagi kita yang membeli kamera ini
harus benar-benar serius dalam menekuni atau belajar menghasilkan gambar
berkualitas karena melihat cukup mahalnya harga yang harus kita bayar untuk
memiliki sebuah entry level dari kamera DSLR.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas
ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian,
penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan
keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang
mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga
jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan
mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi
dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia
melakuk.an pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen
mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan
saat proses konsumsi.
Berhubungan dengan
segmentasi pasar yang dilakukan oleh produsen dalam menciptakan inovasi dan
pembaruan terhadap suatu produk, hal itu merupakan kemudahan untuk konsumen
dalam memilih dan mempertimbangkan produk yang dipilihnya sesuai dengan segi
demografis yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi :
Oentoro, Deliyanti,
2012, ”Manajamen Pemasaran Modern,” Yogyakarta: LaksBang PRESSindo
Clindif, W. Edward;
Still, Richard R & Covont, Norman A., 1998, ”Fundamentals Of Modern
Marketing,” Yogjakarta: Liberty
http://ngradax.blogspot.com/2011/06/kelebihan-kekurangan-kamera-pocket.html