“ Perkembangan
Fashion ”
 |
Add caption |
Disusun Oleh :
Albina Dini Astuty (10211541)
Evi Wijayanti (12211538)
Puti Rahmadhani Ambun Suri (15211618)
Sri Adelina Purba (18211260)
Sri Rizky Rahayu (18211857)
3EA07
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perkembangan
Fashion” ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, serta keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya yang berada
di alam raya ini.
Makalah ini berisikan tentang perkembangan
dunia fashion, dunia maupun Indonesia serta trend fashion dari masa ke masa.
Dengan demikian kiranya kami berharap agar makalah yang sederhana
ini dapat ikut ambil bagian dalam menumbuh kembangkan aspek informasi dan
pengetahuan kita semua. Tentunya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca senantiasa
kami harapankan untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini baik secara moril maupun
materiil. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Amin Ya
Robbalalamin.
Depok, 06 November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pakaian pada wilayah pembentukan ideologi personal atau
komunitas, merupakan dimensi bergaya. Tatanan dan tuntunan bergaya inilah yang
sering ditafsirkan sebagai usaha mengekspresikan keinginan dan pengakuan
identitas pada konteks kehidupan sosial. Ekpresi yang tidak terkendali dalam
bergaya (membuat dan memakai gaya tertentu), mendorong pada beberapa personal
untuk memberikan batasan-batasan pakaian yang “nyaman” atau tidak, “layak” atau
tidak, untuk dipertontonkan kepada khalayak ramai, minimal komunitas sosialnya.
Batasan gaya berpakaian inilah, yang sering kali dilihat sebagai
“ketidakwajaran” untuk diterima dan ditempatkan pada kultur tertentu.
Pertentangan dan pertautan yang dihubungkan dengan nilai agama, moral, dan etika
dalam menyikapi produk seni (pakaian) muncul secara beragam. Pada sisi lain,
terjadinya distorsi makna pakaian sebagai kebutuhan pokok, menjadi pakaian
sebagai kebutuhan mewah untuk bergaya. Tentu, tidak dengan segera pakaian
dipermasalahkan sebagai sumber kerumitan tersebut, ada peran media (iklan),
industri (pencipta), komunitas (pemakai dan pencipta), serta lembaga sosial
(pemerintah dan alat-alatnya) yang membentuk perputaran pakaian menjadi produk
yang “mengatur” penggunanya.
Pada dimensi lain, konteks
“nyaman” memiliki batasan berbeda bagi setiap personal. Konteks kenyamanan
inilah yang membuat terjadinya perdebatan dan silang pendapat, jika dilihat
dari sudut pandang keilmuan yang berbeda. Landasan berpikir berbeda yang
menentukan norma dan kaidah berpakaian menjadi tidak sama, berlaku pada
personal, komunitas, mau pun pihak industri. Gaya berpakaian merupakan milik
“personal” yang saling berkorelasi pada lingkungan politik, sosial, dan
kultural. Beragam ideologi terbungkus oleh tema atau isu, melekat pada sehelai
pakaian, bertujuan personal, komunitas, dan industri. Konteks nyaman memberikan
label dan identitas seseorang pada tatanan sosial, sehingga pengidentifikasian
dipandang sebagai upaya “melegalkan” kesenangan bergaya. Atas dasar kesenangan ini
juga, memunculkan persoalan berkaitan simbol pembebasan diri dalam bergaya
melalui pakaian (produk seni).
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
kami dapat mengidentifikasikan masalah yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang perkembangan dunia fashion ?
2. Bagaimana perkembangan dunia fashion
dari masa ke masa ?
3. Bagaimana perkembangan dunia fashion
dunia dan Indonesia ?
1.3.
Maksud & Tujuan Penulisan
Tujuan secara umum dari adalah untuk mengetahui
tentang perkembangan Dunia Fashion ? Semua ini masih menjadi perdebatan. Karena
sampai sekarang belum diadakan survei ke sebagian wanita pengikut Fashion dan
yang sebaliknya. Jika perkembangan Dunia Fashion ini terjadi maka dampak yang
ditimbulkan bukan hanya budaya pakaian Timur yang semakin menghilang tetapi
juga sebagian pengusaha di bidang Fashion dari Indonesia sendiri, seperti
menurunnya hasil penjualan mereka dan meningkatnya permintaan barang-barang Fashion
dari Luar Negeri. Oleh karena itu melalui makalah ini
diharapkan agar kita bisa mengetahui keuntungan dari perkembangan Dunia Fashion
bagi kita semua.
BAB II
FASHION
A.Definisi
Arti kata dari fashion
itu sendiri memliki banyak sisi. Menurut Troxell dan Stone dalam bukunya
Fashion Merchandising, fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan di
gunakan oleh mayoritas anggota kelompok dalam satu waktu tertentu. Dari
definisi tersebut daapat terlihat bahwa fashion erat kaitannya dengan gaya yang
di gemari, kepribadian seseorang, dan rentang waktu. Maka bisa dimengerti
mengapa sebuah gaya yang di gemari bulan ini bissa dikatakan ketinggalan jaman
beberapa bulan kemudian.
Menurut solomon dalam
bukunya ‘consumer Behaviour’ European perspective fashion adalah proses
penyebaran sosial (social-diffusion) dimana sebuah gaya baru diadopsi oleh
kelompok konsumen. Fashion atau gaya mengacu pada kombinasi beberapa atribut.
Dan agar dapat di katakan ‘in fashion’.
Menurut Poppy
Dharsono, tokoh fashion Indonesia yang tidak hanya sebagai pengamat tapi juga
praktisi, fashion adalah sebuah kecenderungan gaya yang sedang digemari pada
saat itu dalam jangka waktu tertentu. Menurut Ellen, fashion adalah bagian gaya
hidup yang merupakan pilihan pribadi setiap orang, yang bisa membuat diri
mereka merasa lebih baik dan nyaman.
Istilah gaya dan
desain perlu di jelasakan agar tidak disamakan dengan fashion. Gaya (style)
adalah sebuah karakteristik dalam mempresentsikan sesuatu. Dalam lingkup
pakaian, gaya adalah karakteristik penampilan bahan pakaian, kombinasi
fitur-fiturnya yang membuatnya berbeda dengan pakaian lain. Contohnya, rok
sebagai salah satu gaya berpakaian bagi wanita, pilihan lainnya adalah celana
atau leging, sedangkan jas adalah salah satu gaya berpakaian bagi pria, pilihan
lainnya bisa menggunakan jaket kulit atau jaket jeans. Gaya suatu saat bisa di
terima dan suatu saat bisa pergi, namun gaya yang spesifik akan tetap diingat,
entah itu di katakan fashion atau tidak.
B. ASAL MULA SEJARAH FASHION
Fashion adalah gaya dan kebiasaan yang lazim pada
waktu tertentu. Dalam penggunaan yang paling umum bagaimanapun,
"mode" menggambarkan gaya pakaian yang populer. Banyak busana yang
populer di banyak kebudayaan pada suatu waktu tertentu. Penting adalah ide
bahwa kursus desain dan mode akan berubah lebih cepat daripada budaya secara
keseluruhan. Fashion desainer pakaian membuat dan menghasilkan artikel.
Istilah "trendi" dan
"mode" yang digunakan untuk menjelaskan apakah seseorang atau sesuatu
yang cocok dengan saat ini atau bahkan tidak begitu saat ini, modus populer
berekspresi. Namun, lebih lagi di era modern item disebut 'tidak begitu saat
ini' mungkin memang cocok dengan istilah 'Retro. " Retro fashion
memungkinkan perubahan aturan, seperti 'lama tiba-tiba baru, "demikian
modis. Istilah "mode" sering digunakan dalam pengertian yang positif,
sebagai sinonim untuk glamor, cantik dan bergaya [rujukan?]. Dalam pengertian
ini, busana adalah semacam seni komunal, melalui mana suatu budaya meneliti
yang pengertian tentang keindahan dan kebaikan. Istilah "mode" juga
kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang negatif, sebagai sinonim untuk
mode dan tren, dan materialisme.
Terdapat beberapa kota yang diakui
sebagai pusat mode global atau mode ibu kota. Fashion Weeks diadakan di
kota-kota ini di mana desainer memamerkan koleksi pakaian baru mereka kepada
khalayak. Lima kota utama di Tokyo, London, Paris, Milan dan New York - lima
ini terkenal dengan pengaruh besar pada mode dunia dan kantor pusat untuk
perusahaan fashion terbesar. Kota-kota lain, termasuk Los Angeles, Berlin,
Roma, Osaka, Toronto, New Delhi, Mumbai, Hong Kong, Dubai, Sao Paulo, Sydney,
Moskow, Madrid, Singapura, Seoul dan Shanghai juga mengadakan fashion minggu
dan lebih diakui setiap tahun.
Beberapa sejarawan mengamati sering
mengubah gaya pakaian khas Barat sebagai kebiasaan oleh populasi perkotaan.
[Ragu-ragu - mendiskusikan] Perubahan dalam kostum sering terjadi pada
saat-saat ekonomi atau perubahan sosial (seperti di Roma kuno), tetapi kemudian
dalam waktu yang panjang tanpa besar perubahan diikuti. Pada abad ke-8 Cordoba,
Spanyol, Ziryab (musisi terkenal saat itu) dikatakan telah memperkenalkan gaya
pakaian canggih yang didasarkan pada timing musiman dan sehari-hari dari tanah
kelahirannya di Baghdad dan inspirasi sendiri.
Permulaan kebiasaan di Eropa
terus-menerus dan semakin cepat perubahan gaya dapat cukup dipercaya tanggal ke
pertengahan abad ke-14, yang termasuk James Pertemuan & sejarawan Fernand
Braudel dan tanggal awal mode pakaian Barat. Manifestasi yang paling dramatis
drastis yang tiba-tiba memperpendek dan pengetatan laki-laki lebih-garmen, dari
betis-panjang untuk nyaris tidak menutupi bokong, kadang-kadang disertai dengan
isian pada dada untuk melihat lebih besar. Hal ini menciptakan garis yang khas
laki-laki Barat yang disesuaikan atas dikenakan di atas legging atau celana
panjang.
Laju perubahan sangat cepat pada abad
berikutnya, dan perempuan dan laki-laki fashion, terutama dalam berpakaian dan
menghias rambut, menjadi sama-sama kompleks dan berubah. Oleh karena itu
sejarawan seni dapat menggunakan mode dalam berpacaran foto dengan peningkatan
kepercayaan diri dan presisi, sering kali dalam lima tahun dalam kasus gambar
abad ke-15. Awalnya perubahan dalam mode menyebabkan fragmentasi dari apa yang
sebelumnya telah sangat mirip dengan gaya berpakaian di kelas atas Eropa, dan
pengembangan yang khas gaya nasional, yang tetap sangat berbeda sampai
kontra-gerakan dalam-17 ke abad 18 yang dipaksakan sama gaya sekali lagi,
akhirnya orang-orang dari rezim lama di Perancis. Meskipun kaya biasanya
dipimpin fashion, peningkatan kekayaan awal Eropa modern mengarah ke borjuasi
dan bahkan petani tren berikut pada jarak dekat kadang-kadang tidak nyaman
untuk elite - Braudel faktor menganggap sebagai salah satu motor utama untuk
mengubah mode. The mode dari Barat umumnya tak tertandingi baik di zaman kuno
atau dalam peradaban besar lainnya di dunia. Barat awal wisatawan, baik ke
Persia, Turki, Jepang atau Cina sering berkomentar tentang tidak adanya
perubahan dalam mode sana, dan pengamat dari budaya lain tersebut komentar
mengenai kecepatan pantas mode Barat, yang banyak orang merasa menyarankan
suatu ketidakstabilan dan kurangnya ketertiban di budaya Barat. Shogun Jepang
sekretaris membual (tidak sepenuhnya akurat) ke Spanyol pengunjung dalam
pakaian Jepang 1609 yang tidak berubah dalam lebih dari seribu tahun. Ming
Namun di Cina, misalnya, ada cukup bukti untuk busana yang berubah dengan cepat
dalam pakaian cina.
Sepuluh abad ke-16 potret dari Jerman
atau Italia Tuan-tuan mungkin akan menampilkan sepuluh topi sama sekali
berbeda, dan pada periode ini perbedaan nasional berada pada mereka yang paling
menonjol, seperti Albrecht Dürer mencatat dalam aktual atau kontras komposit
Nuremberg dan Venesia mode pada akhir abad ke-15 (ilustrasi, kanan). Yang
"gaya Spanyol" dari akhir abad mulai bergerak kembali ke
sinkronisitas antara kelas atas Eropa, dan setelah sebuah perjuangan pada
pertengahan abad ke-17, gaya Perancis tegas mengambil alih kepemimpinan, suatu
proses yang diselesaikan pada abad ke-18.
Meskipun warna dan pola tekstil berubah
dari tahun ke tahun, potongan mantel gentleman dan panjang rompinya, atau pola
yang gaun seorang wanita dipotong diubah lebih lambat. Busana laki-laki
sebagian besar berasal dari model militer, dan perubahan dalam siluet laki-laki
Eropa yang galvanis dalam teater perang di Eropa, di mana perwira pria memiliki
kesempatan untuk membuat catatan dari gaya asing: sebuah contoh adalah
"Steinkirk" syal atau dasi.
Langkah perubahan mengambil di 1780-an
dengan meningkatnya penerbitan perancis ukiran yang menunjukkan gaya Paris
terbaru, meskipun ada distribusi berpakaian boneka dari Prancis sebagai
pola-pola sejak abad ke-16, dan Abraham Bosse telah menghasilkan mode ukiran
dari 1620. Pada 1800, semua Eropa Barat yang berpakaian mirip (atau mengira
mereka): variasi lokal pertama menjadi tanda budaya provinsi, dan kemudian
lencana petani yang konservatif.
Walaupun penjahit sudah tidak diragukan
lagi bertanggung jawab atas banyak inovasi sebelumnya, dan industri tekstil
pasti membawa banyak tren, sejarah desain fashion biasanya diambil untuk
tanggal dari tahun 1858, ketika Inggris kelahiran Charles Frederick Worth
membuka haute couture sejati pertama rumah di Paris. Sejak saat itu desainer
profesional telah menjadi semakin lebih dominan tokoh, meskipun berasal dari
banyak mode busana di jalanan.
Barat modern memiliki berbagai pilihan
yang tersedia dalam pilihan pakaian mereka. Apakah seseorang memilih untuk
memakai orang dapat mencerminkan kepribadian atau suka. Ketika orang-orang yang
memiliki status budaya mulai mengenakan pakaian yang baru atau berbeda tren
fashion dapat mulai. Orang-orang yang menyukai atau menghormati mereka mungkin
mulai mengenakan pakaian gaya yang serupa.
Fashion dapat sangat bervariasi dalam
suatu masyarakat menurut umur, kelas sosial, generasi, pekerjaan, dan geografi
serta dari waktu ke waktu. Jika, misalnya, pakaian orang yang lebih tua sesuai
dengan gaya anak muda, ia mungkin tampak konyol di mata kedua muda dan orang
tua. Istilah fashionista atau korban mode merujuk kepada seseorang yang secara
sangat merendahkan diri mengikuti mode saat ini.
Orang dapat menganggap sistem olahraga
berbagai mode sebagai bahasa mode menggabungkan berbagai pernyataan mode menggunakan
mode tata bahasa.
C. Tren Fashion dari masa ke masa
Dunia fashion tidak mudah untuk diprediksi. Tiap
generasi, tiap dekade, tiap tahun dan bahkan tiap musim memiliki ciri khas dan
karakter yang berbeda.
Tak terbayang begitu melelahkannya mereka yang
begitu obsesif mengikuti perkembangan mode. Maksudnya setiap ada pergantian
mode selalu diikuti. Tidak jarang banyak orang yang menjadi korban mode. Yang
paling menyedihkan lagi jika hidupnya tidak mementingkan hal- hal lain selain
fashion karena prinsipnya “life is all about fashion”.
Sebenarnya
jika dicermati, tren mode hanya berputar. Jika melihat dari model dasarnya,
desain baju sebenarnya tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu,
hanya bumbunya saja yang bergeser, itu jika dilihat dari buku- buku mode. Tren
mode hanya berputar, misalnya mode di tahun X akan kembali booming di tahun A.
Seperti yang akan kita bahas kali ini .
D. SEJARAH FASHION DUNIA
Permulaan fashion dimulai pada tahun 1920, karena di dekade inilah awal dunia
fashion. Pada tahun ini merupakan awal kebangkitan kaum perempuan untuk
mencapai kebebasan dan kemerdekaannya. Di dekade sebelumnya, baju-baju ala
Cinderella dengan rok super megar dengan pinggang ekstra ketat, menyiksa kaum
perempuan, karena itulah mulai tahun ’20an baju tersebut ditinggalkan.
Tahun 1920 merupakan abad baru ketika dunia fashion terlahir kembali dengan pandangan
yang berbeda. Inovasi terbaru muncul dari desainer dunia, seperti Coco Chanel
yang menyuguhkan potongan, warna, serta gaya yangmementingkan karakter seorang
perempuan. Dari sinilah dunia fashion mulai berkibar.
Memasuki tahun 1930an, perkembangan fashion sedikit agak lambat
hingga akhirnya memasuki perang dunia kedua(1940-1946). Dari yang tadinya hanya
bersifat fungsional, sebuah pakaian juga punya sisi estetik atau sisi
‘cantik’.dunia di luar fashion pun punya pengaruh hebat. terutama dunia
film di awal tahun ’50an hingga ’60an.
Beberapa
artis besar menjadi panutan di dunia fashion bahkan menjadi icon, seperti Marlene Dietrich dengan baju androginy-nya.
di era ini juga, desainer dunia banyak melakukan inovasi. Dari London adaMary Quant dengan rok mininya dan BarbaraHulanicki dengan gaya street wearnya ala remaja London. dari Amrik ada James Galanos dengan
baju fitted dan Rudi Gernreich dengan baju-baju unisex. di Paris
dikenal Yves Saint Laurent dengan gaya tailoring buat perempuan, Pierre Cardindengan baju space-nya dan Emmanuel Ungaro dengan fashion couture-nya.
Berkembangnya zaman memang membuat dunia fashion juga terus
berkembang. Dan, tidak menutup kemungkinan fashion dulu bisa kita rasakan
kembali.
Kalau kita feedback, untuk memahami wujud busana masyarakat
tertentu berarti memahami pula kebudayaan masyarakat itu dan mengerti berbagai
aspek keberadaannya.
Sebagai awal kita akan mengenal tata busana di Dunia Kuno, adalah
peradaban yang terjadi disekitar Mediteranea pada masa sebelum Masehi.
Pada dasarnya pakaian tidaklah hanya merupakan alat pelindung terhadap keadaan
cuaca semata mata. Suku bangsa primitive ada kalanya mengenakan pakaian tebal
panas di Katulistiwa dan kadang-kadang hamper telanjang didaerah kutub.
Ini sebagian dikarenakan adanya keinginan merias diri yang lebih kuat
dibandingkan penyesuaian dengan keadaan sekitar. Kiranya sedikit sifat ini
tidak hanya ada dimasa purba tetapi hingga masa kini pun sikap itu masih
terpelihara disebagian umat manusia.
Perbedaan berbusana antara suku bangsa di pegunungan, kaum nomaden, penghuni
padang pasir, goa, petani dan orang kota terlihat jelas. Sedangkan pada
golongan berkedudukan tinggi, kaum ningrat dan aristocrat unsure-unsur simbolis
kedudukan mereka sangat ditonjolkan.
Bangsa-bangsa kuno pada mulanya hanya mengenakan kain cawet, kadang-kadang
dilengkapi dengan selendang. Tutup kepala dan alas kaki, hampir tak dipakai.
Busana zaman kuno yang sangat berpengaruh adalah busana yang berasal dari suku
bangsa yang memiliki kebudayaaan sendiri seperti bangsa Mesir Kuno dan Bangsa
Babylonia. Kedua bangsa ini memiliki bentuk dasar busana yang sama yaitu bentuk
dasar kemeja.
Bangsa Mesir Kuno menghias bentuk dasar ini dengan mempergunakan kain itu
sendiri, yaitu dengan cara pemberian lipit-lipit ( pleats, plissee ). Bangsa
Babylonia dengan menambah potongan-potongan strook yang berumbai-rumbai.
Bentuk kostum dari masing-masing suku bangsa zaman kuno ini saling berbeda tapi
sepintas tak terlihat perbedaannya. Potongan-potongan kain besar atau lebarnya
tergantung yang dihasilkan oleh alat tenun pada masa itu diterima sebagai
bentuk dasar kostum untuk kemudian dilipat, dililit, dilingkarkan atau disusun
pada badan dalam aneka perbandingan panjang atau lebar kain itu sendiri.
Akan jelas bahwa dengan demikian busana zaman kuno dapat dibagi
dalam tiga kelompok, yaitu :
1.
Rok – rok lipit ( sarung )
2.
Bentuk dasar kemeja :
tunika
kaftan
Tunika dan kaftan hingga kini masih dikenakan oleh bangsa-bangsa
di Afrika Utara dan Timur Tengah.
3. Draperi.
Sepotong kain disusun pada bahan, acapkali sebagai tambahan. (
ingat : sari pada busana khas India ).Busana deraperi memberi aksen pada
gerakan badan hingga merupakan pakaian paling plastis dari Dunia Kuno.
Dalam dunia kuno bentuk celana hamper tidak digunakan. Sesekali
bentuk ini dijumpai sebagai pakaian rasionil pada suku bangsa- suku bangsa
pegunungan atau pada suku bangsa-suku bangsa penunggang kuda.
MESIR KUNO
Salah satu pusat peninggalan kebudayaan yang tertua didunia terdapat
di daerah lembah sungai Nil di Mesir semasa 4000 tahun SM. Ditemukan oleh
Pasukan Napoleon dari Perancis yang menyerbu dan menduduki daerah subur sungai
Nil pada tahun 1797. Seorang Ilmuwan Perancis yang bernama CHAMPOLLION berhasil
membaca batu bertulis Rosetta ( nama desa ) yang kemudian huruf-huruf atau
aksara-aksara yang terdapat di Mesir Kuno kemudian dikenal sebagai HYROGLYPH.
Sejak sekitar tahun1800 itulah segenap sejarah Mesir dari masa 4000 tahun
sebelum Masehi terungkap.
Mesir juga disebut sebagai Negeri Hadiah Sungai Nil karena
kesuburannya. Dengan singkat, periode-periode pra sejarah Mesir adalah :
1.
Periode pra sejarah dan sejarah awal hingga
3000 SM
2.
Periode Kerajaan Kuno 3000–2000 SM
3.
Periode Kerajaan Pertengahan 2100–1800 SM
4.
Periode Kerajaan Baru 1580–1085 SM
5.
Periode Penjajahan Asing 1085 – 395 SM
- Periode Saitis 663 – 525 SM
- Periode Ptolomeus 332 – 30 SM
- Periode Romawi 30 – 395 M
6. Periode Kristen Awal, masa perkembangan kebudayaan Koptik 395 –
640 SM
7. Islam.
Awal keruntuhan Kerajaan Mesir Kuno adalah pada masa Penjajahan
Asing, namun hingga sekarang, hampir 30 abad kemudian sejarah Kerajaan Mesir
Kuno tetap menjadi misteri yang belum terungkap dengan tuntas. Dan
manusia-manusia di abad modern, belum berhenti untuk mencoba mengungkap.
BUSANA DAN PERLENGKAPAN MASYARAKAT MESIR KUNO
Zaman Mesir Kuno dapat dikatakan zaman emas karena pada masa itu
telah mengenal emas dan tersedia sangat berlimpah. Kaum ningrat bias meletakkan
emas dimana saja sehingga logam mulia itu seakan-akan tidak bernilai bagi
mereka.
Busana yang dipakai pada masa itu masih dalam bentuk yang sangat
sederhana berupa busana dalam bentuk kemeja tanpa krag dinamakan KALASIRIS.
Dalam periode kerajaaan kuno Kalasiris berlengan setali ini sangat pendek dan
ketat, sedangkan dalam periode kerajaan baru kalasiris dibuat panjang dan lebar
serta diberi lipit-lipit yang merupakan unsur dekoratif yang sangat dominan
pada tata busana bangsa Mesir kuno.
Pelengkap Kalasiris : berbagai sarung pendek dan aneka krag. Yang dibuat dari
berbagai macam bahan. Sepeti Linen yang dikanji sangat kaku agar mudah
dibentuk, ini biasa digunakan oleh rakyat biasa. Ada juga dibuat dari kulit
atau logam mulia, ini biasa digunakan oleh kaum ningrat dan tokoh-tokoh penting
lainnya. Pada kragnya juga acapkali ditambahkan hiasan dari permata yang
disusun dalam susunan geometris.
Sedangkan sarung pendek atau disebut SCHENTI juga memberikan efek dekoratif
pada kalasiris. Yang juga terkadang dibuat dari kulit berlapis emas.
Asesoris lainnya ada selendang yang disebut STOLA yang disusun
sebagai draperi pada bahu. Dikenakan juga semacam rompi panjang yang dibuat
dari susunan jalinan dan ronce manik-manik.
Untuk Firaun, kalasiris yang berlipit-lipit dibuat dari kain emas
agar memberi kesan kedewaan.
Untuk Pendeta dan Firaun memakai tutup kepala dari kain yang
dilipat menjadi segitiga.
Tutup kepala ini disebut KLAFT.
Aneka mahkota yang terdapat di Mesir:
Mahkota Pschent -:
Mahkota ganda terdiri dari Mahkota Merah dan Mahkota Putih warna
pada mahkota ini menunjukkan daerah kekuasaan pada masa itu. Untuk warna merah
meliputi Mesir Bawah dan warna putih meliputi daerah Mesir Hulu.
Mahkota CHEPERESH : Mahkota pada masa kerajaan baru ini berbentuk
lebih tinggi dari Pschent. Selalu dihias dengan Ular Ureus yang menghadap
kedepan, sebagai kepercayan agar terlindungi dari gigitan ular.
Untuk Ratu selalu memakai hiasan burung Elang diatas kepala dengan sayap burung
yang putih disisi kepala.
Selain itu ada juga Mahkota Hemhemet, Mahkota Perang, Mahkota Isis
Raja Mesir Kuno juga melengkapi penampilannya dengan menggunakan
janggut palsu. Janggut palsu ini dibuat dari serat wol atau jalinan rambut,
diikat dengan pita kebelakang.
Juga ada gelang-gelang lebar dengan hiasan motif berupa symbol-simbol khas
Mesir kuno seperti Ular Ureus, Papyrus, burung elang, matahari bersayap dan
lain sebagainya.
Pengaruh Kebudayaan Mesir Kuno ini merupakan sumber ide atau
inspirasi yang tak pernah habis terhadap dunia mode. Masa Mesir Kuno
ditahun 20an merupakan sumbangan besar kepada gaya tahun 20an sampai dengan
tahun 40an yang kemudian dikenal sebagai Gaya ART DECO.
E. Budaya Barat VS Budaya
Timur
Kebudayaan selalu dimiliki oleh
setiap masyarakat, hanya saja ada suatu masyarakat yang lebih baik perkembangan
kebudayaannya dari pada masyarakat lainnya untuk memenuhi segala kebutuhan
masyarakatnya. Entah itu kebudayaan barat diantaranya negara-negara di Eropa
dan kebudayaan timur yaitu negara kita sendiri Indonesia tercinta. Setiap
negara mempunyai ciri khas kebudayaan yang unik dan menarik menjadi daya tarik
tersendiri bagi yang melihatnya. Darimana pun segi budaya itu dilihat tetap
saja budaya adalah unsur dari karakteristik masyarakatnya itu sendiri.
Bila kita mengamati masuknya budaya
barat ke Indonesia dijaman modern ini memang dari aspek manapun budaya barat
dapat kita lihat entah itu melalui televisi, media cetak, bahkan yang paling
luas yaitu melalui internet. Budaya barat yang masuk ke Indonesia cenderung
tidak bisa kita atasi dari sisi positif maupun negatif, karena kita memang
harus menerima agar Indonesia tidak ketinggalan jaman tapi hal ini tidak
seharusnya meninggalan budaya yang menjadi tradisi kita yang menjadi identitas
kita sebagai negara Indonesia.
Budaya barat yang masuk ke Indonesia
bisa kita pisahkan menjadi dua bagian yaitu dari sisi positif dan sisi negatif.
Bila kita pandang dari sisi positif budaya barat bisa dilihat dari segi
teknologinya yang memang Indonesia masih tertinggal jauh dari budaya barat,
bila kita berinteraksi dengan orang asing yang berkunung ke Indonesia tentu
saja akan terjalin komuniskasi antar penduduk beda negara yang bisa saling
bertukar pikiran tentang apa yang di Indonesia dan apa yang ada di negara orang
asing tersebut. Hal ini menjadi sisi positif agar Indonesia tidak terlalu
ketinggalan dalam segi apapun dan menjadikan negara kita lebih berwarna namun
tetap dalam aturan dan norma yang berlaku di negara kita Indonesia ini.
Disisi lain ada pula sisi negatif
yang timbul bila kita sering melihat budaya barat, entah itu cara berpakaian,
cara bicara, mode, music, apapun yang berasal dari budaya barat. Contoh kecil
saja dalam segi pakaian atau fashion, di Indonesia atau sebagian negara timur
dalam segi pakaian memakai pakaian tertutup dan sopan, namun bila ada wisatawan
asing yang datang ke Indonesia, Bali misalnya kita akan melihat fashion mereka
yang sangat berbeda meraka bahwan hanya menggunakan bikini atau pakaian yang
lebih terbuka dibandingan dengan orang Indonesia itu sendiri.
Masuknya budaya barat ke Indonesia
bisa kita lihat dari berbagai media diantaranya televisi, internet maupun media
masa. Sangat besar kemungkinan bagi masyarakat Indonesia untuk mengenal budaya
barat, apalagi tokoh-tokoh terkenal seperti artis luar negeri yang disukai
masyarakat Indonesia yang dijadikan idola dan dijadikan patokan untuk fashion
maupun tingkah laku idolanya. Semuanya itu adalah budaya yang memang tidak
seharusnya kita tiru atau tidak kita pertahankan, hanya perlu kita ketahui
bahwa itu budaya barat yang seharusnya kita tetap menjaga budaya kita sendiri.
Jaman sekarang siapa pun mengenal
internet yang menjadi bagian dari kemajuan teknologi, apalagi di internet
sangat terbuka dan sangat amat luas kita bisa mengetahaui budaya barat yang
bisa kita ketahui mulai dari makanan, fashion, artis, gaya hidup, apapun yang
berkaitan dengan kebudayaan barat maupun yang bukan. Itu semua adalah
perkembangan jaman yang harus kita ikuti dan tidak bisa kita hindari, bila kita
berusaha untuk menghindari tentu saja kita tidak akan berkembang. Namun yang
baik adalah kita mengetahui budaya yang baik dan yang kurang baik tidak usah
kita ambil, dan terus mengambil nilai-nilai positif dari budaya barat yang
lebih berkembang dari Indonesia.
Bila dilihat secara umum kebudayaan
barat dan kebudayaan timur dapat terbentuk karena adanya norma dan nilai-nilai
yang ada dalam lingkup masyarakatnya sendiri yang terus berulang terus menerus
menghasilkan sebuah budaya yang menjadi cirri khas dari suaru negara. Serta
pola pikir masyarakatnya yang maju akan menjadikan budayanya lebih berkembang
dan diketahui oleh masyarakat luas, tentu
saja dengan tidak menghapus budaya dan karakteristik daripada negara itu
sendiri yang telah menjadi identitas sejak dulu kala jaman nenek moyang kita.
Baik atau tidak baiknya budaya suatu
negara harus tetap kita hormati dan kita hargai karena bagaimana pun juga
budaya adalah seni yang tergabung dalam pola pikir, moral, dan perilaku
masyarakat yang tinggal didalamnya sehingga menghasilkan kebudayaan yang cocok
dengan karakteristik masyaraktnya itu sendiri.
F. Pakaian yang Beragama atau Bergaya?
Terjadinya revolusi Iran, merupakan titik
penting terjadinya perubahan gaya berbusana agamis. Pada era sebelum revolusi
Iran atau yang dikenal sebagai revolusi Islam, pakaian agamis dan tren jilbab, belum terlalu
diakui sebagai bagian media yang digunakan untuk bergaya. Revolusi yang
ditandai berakhirnya rezim penguasa Mohammad Reza Pahlavi, serta menjadi
revolusi terbesar ketiga dalam sejarah dunia, memiliki arti penting pada
sejarah berpakaian agamis. Kemenangan ini, selain dirayakan dengan gaya
pakaian, juga melalui musik dan film, yang secara perlahan bertemakan Islam.
Peristiwa kemenangan ini
juga dirayakan di Indonesia, dimulai pada saat revolusi Iran di tahun 1979, dan
tahun-tahun selanjutnya, bergaya muslim dalam kehidupan sosial menjadi semacam
tren. Pengakuan identitas keagamaan, yang divisualkan melalui busana, lagu, dan
film, menjadi marak. Pentas busana, baik dalam kemasan pagelaran, mau pun merefleksi
dalam kehidupan sosial sehari-hari, menjadi lahan industri yang berpotensi
secara ekonomis dan menjadi lahan pembauran nilai-nilai kultural. Pakaian pada
ranah kultural dan agama, memiliki spesifikasi dimensi sendiri-sendiri. Manusia
sebagai bagian dari sistem kebudayaan, dan sebagai penunjuk penting
kedinamisannya, menjadikan pakaian dalam bentuk yang berbaur dengan
agama. Antara minat pada budaya berbusana (tren busana) dan menjalankan aturan
atau hukum berbusana, hampir tidak ada perbedaan.
Berjilbab
merupakan pilihan personal, yang dilandasi beragam alasan, diantaranya adalah
faktor keinginan diri sendiri, tuntunan Al-Qur’an, alasan kenyamanan, dan
membedakan dengan perempuan lainnya. Sebagai pilihan kultural, berjilbab muncul
dalam kancah persilangan dari beberapa faktor yang disinggung sebelumnya. Usaha
untuk membedakan dengan perempuan lain, merupakan wacana yang menunjukkan
identitas pada konteks waktu dan tempat tertentu. Ini adalah bergaya. Turut
serta dalam tren jilbab merupakan bagian penting dalam pembudayaan jilbab pada
kehidupan sosio-kultural. Jilbab dalam kancah kultur Islam mengalami distorsi
pemaknaan, akibatnya terjadi “seragamisasi” penggunaan jilbab, modifikasi
jilbab, dan menciptakan beragam timbal balik komunikasi didalamnya.
Jilbab
tidak dapat dijadikan sebagai penanda ketaatan atau ketaqwaan seseorang; bukan
soal jilbab besar atau jilbab kecil, bahkan pada seseorang berjilbab atau pun
tidak. Ideologi jilbab secara langsung bukan hanya untuk menunjukkan tentang
ketaqwaan, ada konstruksi (makna lain) yang terbangun didalamnya, sebagai tren,
kebudayaan, identitas, alat berkomunikasi, dan ada peran budaya media massa.
Dalam rumusan Madan Sarup, wacana posmodern bercirikan sesuatu yang bernilai
kekinian, dapat berwujud suatu bentuk baru dari ketekstualan; gejala gangguan
kejiwaan yang ditampilkan masyarakat, dan tidak bersifat alamiah, melainkan
dibuat oleh kapitalisme global. Jilbab yang dipandang sebagai produk masa kini,
merupakan produk nyata wilayah posmodern, bernilai kekinian, bentuk baru dalam
pencitraan, dan ada pengkondisian “kecintaan” terhadap jilbab (penciptaan
tren/tidak alamiah). Nilai kekinian dan bentuk baru yang dibicarakan
posmodernisme merupakan bagian penting dalam memilah sifat alamiah seseorang
untuk berjilbab (sesuai tuntunan), atau tercipta atas kepentingan (tren dan
industri).
Munculnya
klasifikasi pada jilbab, merupakan bukti nyata peran industri terhadapnya.
Istilah jilbab besar, jilbab kecil, atau pun jilbab gaul, adalah ranah
persoalan dimana nyaman dan tidak menggunakan jilbab. Jilbab sebagai salah satu
produk kebudayaan, menjadi bukti nyata terjadinya kontroversi terhadap
kebijakan dan kewajiban menggunakannya dalam konteks hukum pada masyarakat
sosial dan pendidikan. Seragamisasi jilbab pada kontek waktu dan tempat
tertentu, perlu mendapatkan perhatian dan pembahasan secara mendalam, karena
jilbab adalah “milik” kelompok muslim, jilbab merupakan “milik” orang-orang
yang secara hati nurani dan sadar menggunakan sesuai tuntunan; tidak dapat
digeneralisasikan dalah hal apa pun. Jika terjadi pertentangan atas memaksakan
“milik” dan cara mengaplikasikannya, sudah terjadi apa yang diistilahkan oleh
Sarup, sebagai sesuatu yang dibuat-buat. Ini masuk pada konteks “bergaya”
tersebut.
G. Pakaian
dalam Persoalan Moral dan Etika
Pakaian yang bermoral tidak selalu berkarakter tertutup, bersifat
longgar, dan serba panjang. Ketat atau pun longgar bukan ukuran untuk
menentukan sifat erotisme pada sehelai pakaian, ada karakter tertentu yang
dijadikan sebagai sumber permasalahan. Konstruksi sosial terhadap pemahaman
pornografi adalah sifat pakaian yang serba terbuka, tidak menutup aurat. Persoalan pakaian dan aurat seharusnya tidak dijadikan sebagai sumber
utama terjadinya pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap kaum perempuan. Hal
syahwat tidak selalu terhubung dengan pakaian minim, ketat, atau pun bersifat
terbuka. Kenyamanan seseoarang untuk menggunakan jenis pakaian tertentu, tidak
dapat dikatakan sebagai sumber permasalahan. Akan tetapi, lebih pada kebobrokan
moral dan etika orang yang melakukan pelecehan seksual dan pemerkosaan. Ada
nilai-nilai akidah, moral, etika, dan kemampuan mengendalikan diri pada setiap
manusia, yang seharusnya menjadi pengontrol terhadap nafsunya. Perbedaan budaya
berpakaian, sekaligus batasan ”nyaman” dalam konteks beberapa agama di
Indonesia, bukanlah indikator yang menentukan terjadinya pemerkosaan. Dengan
kata lain, tidak ada kewajaran dan kelumrahan terhadap gaya berpakaian ketat
dan minim, yang menjadi faktor utama atas pelecehan seksual.
Undang-undang
tentang Pornografi merupakan alat dan perwujudan hukum yang diciptakan oleh
pemerintah dalam mengatur seseorang untuk berpakaian dan bertindak.
Undang-undang ini mengisyaratkan perihal batasan-batasan masyarakat untuk
berpakaian secara layak atau tidak, terbuka atau tertutup, bahkan pakaian yang
sopan atau tidak.
Undang-undang
pornografi, dimaksudkan untuk meminimalkan gaya pakaian yang berbau erotis,
minimalis, dan berkarakter terbuka. Ada persoalan nilai moral dan etika yang
hendak disampaikan dalam undang-undang ini. Moral dan etika merupakan sebuah
ideologi yang terkandung, dalam upaya mengatur “ketertiban” masyarakat sosial
dalam berpakaian, sehingga selain sebagai benda pakai, ia menjadi sebuah sistem
peredam segala fitnah karena penggunaan bahan pakaian yang tipis. Terlepas dari
segala kekurangan dan kontroversi berlakunya undang-undang pornografi, tidak dimaksudkan untuk membuat dikotomi dan
diskriminasi terhadap pakaian adat istiadat suatu daerah, atau pun cara
berpakaian pada agama tertentu, tetapi lebih menyikapi nilai-nilai hakiki yang
melekat pada pakaian.
H. Pakaian dan
Ekspresi Seni
Pakaian sering dianggap sebagai sebuah topeng untuk memanipulasi
tubuh, sebagai cara untuk membangun dan menciptakan citra diri. Pakaian
berfungsi tidak saja membalut tubuh untuk kehangatan, kesederhanaan atau
kenyamanan. Kode pakaian adalah perangkat teknis yang mengartikulasikan
hubungan antara tubuh tertentu dan lingkungan hidup, ruang yang ditempati oleh
badan dan didasari oleh tindakan tubuh. Dengan kata lain, pakaian membangun
habitus pribadi, sebagai sebuah perangkat penting untuk berkomunikasi dengan
lingkungannya; pakaian dibentuk dan disesuaikan dengan kondisi tertentu. Peran
penting seseorang pencipta atau desainer pakaian, mempengaruhi identitas
pakaian, sekaligus citra tubuh penggunanya.
Kondisi
ekonomi dan pasar tidak selalu jadi referensi utama dalam seorang desainer
menciptakan pakaian, tetapi memiliki posisi yang tidak dapat diabaikan begitu
saja. Munculnya istilah tren, adalah menunjuk seberapa minat konsumen terhadap
mode pakaian tertentu, dalam konteks ekonomi, ini menjelaskan seberapa laku
mode tersebut dipasaran. Tren ini juga yang memilah pakaian berdasarkan pada
bahan, warna, dan harga, bahkan lebih luas menunjuk ideologi, negara, dan siapa
yang mencipta pakaian.
Pada
sehelai pakaian terdapat ekspresi, keinginan, pesan, atau pun nasihat yang
hendak dikomunikasikan oleh desainer. Nilai ekspresi tidak terbatas pada ide
dan cara mengkomunikasikan, termasuk pada media yang digunakan. Ekspresi,
persoalan ini masuk pada ranah personal dan mutlak milik seseorang yang
mencipta suatu produk seni, termasuk pakaian. Kreativitas berkesenian merupakan
wilayah yang tidak dapat diintervensi oleh siapapun, kecuali mencipta suatu
pakaian karena menjawab kebutuhan tren. Kebebasan dalam mencipta inilah
terkadang dianggap kelompok tertentu, sebagai ekspresi seni yang tidak
bermoral, tidak sesuai dengan adat bangsa, atau sering tidak sepaham dengan
kondisi nilai filosofi dan kultur suatu ruang. Untuk kepentingan bergaya, karya
seni (pakaian) dimungkinkan saling beradaptasi pada kondisi sosial kultural
pada wilayah tertentu, sehingga benturan dan silang pendapat, sebagai akibat
perbedaan latar belakang kebudayaan dan cara memaknai, dapat diminimalkan.
Karena sehelai pakaian bersifat sebagai suatu benda yang dipakai, sebagai
sebuah konsep produksi seni yang mudah dipahami, lebih cepat menerima reaksi
dari kehidupan sosial.
I.Perkembangan
Fashion Di Indonesia
Dalam sejarah belakangan ini kita mendengar berita tentang fashion yang ada di
negara kita. Dunia fashion di Indonesia bisa dikatakan berkembang pesat
beberapa dekade terakhir. Hal ini didukung dari berbagai sisi, baik desainer
lokal yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang membaik, Pihak yang
memegang peran penting dalam mempengaruhi fashion di Indonesia adalah APPMI
(Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia), yang beranggotakan perancang dan
pengusaha yang bergerak di bidang mode Indonesia. Termasuk juga di dalamnya ada
pihak-pihak yang bergerak dalam fashion retail dan ekspor. Mereka memiliki
program tahunan yaitu FASHION TENDANCE yang di adakan sejak 1993 sampai
sekarang, dimana mereka melakukan fashion show yang menampilkan prediksi trend
fashion tahun mendatang dengan maksud memberi arahan komprehensif mengenai
konsep rancangan terkini versi APPMI pada masyarakat luas. Mennurut Poppy
Dharsono, selaku ketua umum dan pendiri APPMI, trend yang di tampilkan pada
acara tersebut merupakan hasil kombinasi dari inspirasi fashion mancanegara
terutama Eropa dan karakteristik masyarakat Indonesia. Menurutnya, acuan
fashion yang paling di gemari adalah dari benua Eropa, seperti Paris dan Milan,
karena desainnya yang sederhana dan klasik.
Majunya teknologi dan arus informasi membuat masyarakat Indonesia lebih terbuka
pada pengetahuan global. Tidak bisa dipungkiri lagi trend mode di Indonesia
banyak dipengaruhi oleh budaya barat. Namun hal ini tidak membuat
desainer-desainer Indonesia berkecil hati karena mereka di dukung oleh pers,
stylist, retailer, marchandiser, dan fotografer, dimana semuanya bersinergi
menyampaikan informasi sesuai bidangnya masing-masing. Walaupun gaya barat
mendominasi, namun ada kalanya kerjasama mereka kembali memunculkan gaya khas Indonesia
kembali ke permukaan. Informasi yang seimbang antara gaya barat dan lokal
membuat konsumen Indonesia cerdas dalam memilih mana yang disukainya dan yang
cocok baginya.
Menurut Ellen, jenis fahion yang paling cepat perkembangannya adalah baju,
karena baju lebih cepat pergantian modelnya dan baju merupakan item yang paling
banyak dibeli oleh masyarakat di bandingkan dengan produk lainnya. Peringkat
selanjutnya diikuti oleh tas, dan sepatu. Setiap orang tentunya memiliki
pilihan baju lebih banyak di bandingkan tas dan sepatu.
Dengan kata lain predikat jual baju lebih tinggi dari pada jual sepatu dan jual tas atau aksesoris lainya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pakaian memiliki beragam
makna eksplisit dan implisit. Pakaian adalah wujud imitasi dari tubuh sosial
seseorang, sehingga batasan kenyamanan setiap personal menjadi berbeda-beda.
Sehelai pakaian mampu menggambarkan suatu struktur kehidupan sosial, ideologi,
sejarah, golongan, komunitas, dan juga identitas. Ideologi agama pada pakaian,
mengenai permasalahan moral dan etika, merupakan aturan atau hukum mengenai
bagaimana berpakaian sesuai dengan kondisi ruang, tempat, dan waktu, yang perlu
dipahami dan dilaksanakan. Seharusnya, kebebasan dalam berkreasi pakaian, tidak
melupakan hubungan pakaian dengan lingkungan sosial disekitarnya. Karena
pakaian sebagai kebutuhan pokok, masuk pada wilayah publik, sehingga
pertimbangan kelayakan sosial masih diperlukan. Pada akhirnya, pakaian tetaplah
bagian benda mati, konstruksi sosial didalamnya, yang menjadikan pakaian
sebagai produk seni yang bermakna ganda.
Perkembangan Dunia Fashion terjadi sangat pesat karena adanya globalisasi dan
media masa yang menunjang. Hal ini ditanggapi dengan positif oleh sebagian
besar kaum hawa di Indonesia karena mereka beranggapan bahwa Fashion atau
“Style” adalah segalanya. Keadaan seperti ini sangat menjadi peluang yang besar
bagi para pebisnis Fashion dari luar yang kemudian membentuk Departement Store
dengan koleksi yang sangat menarik dan terlihat indah.
Tidak hanya itu saja pengaruh dari perkembangan Dunia Fashion, salah satu
pengaruh yang lain adalah para wanita lebih memilih budaya Fashion barat yang
dianggap bertentangan dengan budaya Fashion timur. Dan yang lebih parah adalah
terancamnya usaha dalam negeri yang bergerak dibidang Fashion pula karena
barang-barang dari mereka kurang diminati. Tetapi mereka juga tetap berusaha dengan
membuat model pakaian yang hampir serupa dengan Fashion barat. Dan hasilnya,
barang-barang dari mereka mulai diminati walaupun baru sedikit peminatnya.
Dan kesimpulannya
perkembangan Dunia Fashion barat di Indonesia memberi pengaruh positif tentang
mode di Indonesia walaupun ada juga negatifnya. Tetapi semua itu bisa saja
diatasi asalkan kita dapat menyeleksi akan semua Fashion barat yang masuk ke
Indonesia, dengan pertimbangan apakah ini cocok untuk digunakan, dan dimana
harusnya digunakan. Sehingga tidak terjadi salah kostum jika ingin memakainya.
DAFTAR PUSTAKA
Source :